Laman

Selasa, 14 Desember 2010

Manaqib Sulthon Aulia' Syeikh Abi Bakar Bin Salim RA

BIOGRAFI SYEIKH ABUBAKAR BIN SALIM RA

Riwayat Hidup


Syeikh Abubakar bin Salim RA dilahirkan pada tanggal 13 Jumadil Akhir 919 H di kota Tarim Al-Ghanna’, Yaman. Beliau tumbuh dewasa menjadi seorang tokoh sufi yang masyhur sekaligus seorang yang alim dan mengamalkan ilmunya.

Demi kepentingan pendidikan dan pengembangan dakwah, beliau berhijrah ke kota ‘Inat yang terletak tidak jauh dari Tarim. Beliau mendirikan sebuah mesjid dan membeli tanah pekuburan yang luas. Beliau hidupkan kota ‘Inat dengan ilmu, yaitu dengan mengajar, mendidik dan membimbing. Manusia datang dari berbagai pelosok daerah guna menuntut ilmu dari beliau sehingga ‘Inat menjadi kota yang padat penduduknya. Murid-murid beliau datang dari berbagai kota di Yaman, dan juga dari mancanegara, misalnya: Syam, India, Mesir dan berbagai negara lainnya.

Beliau RA adalah seorang dermawan yang suka menjamu tamu. Beliau mengeluarkan sedekah sebagaimana orang yang tidak takut jatuh miskin. Jika tamu yang berkunjung banyak, beliau memotong satu atau dua ekor onta untuk jamuannya. Karena sambutan yang hangat ini, maka semakin banyak orang yang datang mengunjungi beliau. Dalam menjamu dan memenuhi kebutuhan para tamunya, beliau tidak segan-segan untuk turun tangan sendiri. Setiap hari beliau membagikan seribu potong roti kepada fakir miskin.

Beliau dikenal sebagai seorang yang sangat tawadhu, tidak ada seorang pun yangpernah melihat beliau duduk bersandar ataupun bersila. Syeikh Abdurrahman bin Ahmad Baa Wazir, seorang yang faqih, berkata, "Sejak 15 tahun sebelum wafatnya, di dalam berbagai majlisnya, baik bersama kaum khusus ataupun awam, Syeikh Abubakar bin Salim tidak pernah terlihat duduk, kecuali dalam posisi duduknya orang yang sedang tasyahud akhir."

Karena budi pekerti yang luhur ini, masyarakat sangat mencintai beliau. Nama beliau menjadi tersohor ke seluruh penjuru dunia. Selain para muridnya, banyak sekali orang-orang yang datang untuk menimba ilmu dari beliau. Mereka datang terhormat dan pulang pun dengan terhormat.

Semangatnya dalam Menuntut Ilmu dan Beribadah

Sejak kecil beliau telah hafal Quran. Beliau menuntut ilmu dari Sayid Umar Ba Syaiban, Al Faqih Abdullah bin Muhammad Baa Makhramah dan Syeikh Ma’ruf bin Abdullah Ba Jamal As-Syibami Ad-Dua’ni. Beliau mempelajari Risalatul Qusyairiyah yang sangat terkenal dalam dunia tasawuf di bawah bimbingan Syeikh Umar bin Abdullah Baa Makhramah.

Beliau gemar menekuni ilmu pengetahuan, sampai-sampai beliau mengkhatamkan Ihya’ Ulumuddin-nya Hujatul Islam Al-Ghazali sebanyak 40 kali dan mengkhatamkan kitab fiqih Syafi’iyah, Al-Minhaj karya Imam Nawawi sebanyak tiga kali. Di antara kebiasaan beliau adalah memberikan wejangan kepada masyarakat setelah sholat Jumat.

Beliau banyak melakukan ibadah dan riyadhoh. Pernah selama waktu yang cukup lama beliau berpuasa dan hanya berbuka dengan kurma yang masih hijau. Selama 90 hari beliau berpuasa dan sholat malam di lembah Yabhur. Dan selama 40 tahun beliau sholat subuh di Masjid Baa Isa, di kota Lisk, dengan wudhu Isya.
Setiap malam beliau berziarah ke tanah pekuburan Tarim dan berkeliling untuk melakukan sholat di berbagai masjid di Tarim, dan beliau mengakhiri perjalanannya dengan sholat Subuh berjamaah di masjid Baa Isa. Sampai akhir hayatnya beliau tidak pernah meninggalkan sholat witir dan dhuha.

Sepanjang hidupnya beliau berziarah ke makam Nabiyullah Hud sebanyak 40 kali. Setiap malam, selama 40 tahun, beliau berjalan dari Lisk menuju Tarim, melakukan sholat pada setiap masjid di Tarim, mengusung air untuk mengisi tempat wudhu, tempat minum bagi para peziarah, dan kolam tempat minum hewan.

Banyak kitab manakib yang menceritakan riwayat hidup beliau. Dan pada malam Minggu, Dzulhijah 992 H, di kota I’nat, beliau berpulang ke rahmatullôh.  

Kata Mutiara dan Nasihat


Barangsiapa mengenal dirinya, ia tidak akan melihat selain Allah. Barang siapa tidak mengenal dirinya, ia tidak akan melihat Allah Ta'ala.

Setiap wadah itu memercikkan apa yang ditampungnya.

Barang siapa yang pada masa bidayah-nya tidak bermujahadah, ia tidak akan mencapai puncak. Dan barang siapa tidak ber-mujahadah, ia tidak akan bermusyahadah.

Barang siapa tidak memelihara waktunya, ia tidak akan selamat dari bencana.

Barang siapa bergaul dengan orang-orang yang baik (akhyar), ia akan memperoleh berbagai pengetahuan dan asrar, dan barang siapa bergaul dengan orang-orang yang jahat, ia akan memperoleh aib dan siksa neraka.

Berbagai hakekat tidak akan diperoleh kecuali dengan meninggalkan berbagai penghalang ('alaiq).

Dalam qana'ah terdapat ketentraman dan keselamatan, dalam tamak terdapat kehinaan dan penyesalan.

Orang yang arif melihat aib-aib dirinya, sedang orang yang lalai melihat aib-aib manusia lain.

Barang siapa diam ia akan selamat dan barang siapa berbicara ia akan menyesal.

Orang yang bahagia (sa'id) adalah orang yang  disenangkan oleh Allah tanpa alasan tertentu dan orang yang sengsara (syaqi) adalah orang yang disengsarakan Allah tanpa sebab tertentu. Demikianlah menurut ilmu hakekat. Sedangkan menurut ilmu syariat, orang yang bahagia adalah orang yang oleh Allah diberi kesenangan dengan  melakukan berbagai amal saleh, dan orang yang sengsara adalah orang yang disengsarakan oleh Allah dengan meninggalkan amal-amal saleh dan melanggar syariat agama.

Orang yang sengsara adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya. Dan orang yang bahagia adalah orang yang melawan hawa nafsunya, berpaling dari alam untuk menoleh kepada Penciptanya, dan melewatkan waktu pagi dan sore dengan meneladani sunah nabinya.

Hendaklah kamu bersikap tawadhu' dan tidak menonjolkan diri. Jauhilah sikap takabbur dan cinta kedudukan.
Kesuksesanmu adalah saat kamu membenci nafsumu dan kehancuranmu adalah saat kamu meridhoinya. Karena itu, bencilah nafsumu dan jangan meridhoinya, niscaya kamu akan berhasil meraih segala cita-citamu, Insyâ Allôh.

Orang yang arif adalah yang mengenal dirinya, sedangkan orang jahil adalah yang tidak mengenal dirinya.

Alangkah mudah bagi seorang arif untuk membimbing orang jahil, kadang kala kebahagiaan abadi dapat diraih hanya lewat sekilas pandangnya.

Ridholah atas maqam apapun yang Allah berikan kepadamu. Seorang sufi berkata, "Selama lebih dari 40 tahun aku tidak pernah merasa benci pada maqam yang Allah berikan kepadaku."

Berprasangka baiklah kepada sesama hamba Allah, sebab buruk sangka timbul karena tiadanya taufik. Ridholah selalu pada qadha`. Bersikap sabarlah, walaupun musibah yang kamu alami teramat besar.

Dan tinggalkanlah hal-hal yang tidak ada manfaatnya bagimu, benahilah dirimu sendiri dahulu.

Dunia adalah anak perempuan akhirat, barang siapa menikahi seorang perempuan, haram mengawini  ibunya.

Berbagai hakekat terhijab dari hati karena perhatian kepada selain Allah.

Waktumu yang paling bermanfaat adalah di saat kamu fana' dan waktumu yang paling sia-sia adalah di  saat kamu menyadari dirimu.

Diringkas dari:
Biografi Syeikh Abubakar bin Salim
Karya Habib Abdullah bin Ahmad Al-Haddar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar